Skip to main content

Cerita Ramadhan dari Rumah Kami

Ada anak-anak yang hampir melewati golden age-nya, lalu ada saya dan suami yang sudah 7 tahun lebih hidup bersama. Maka, kali ini, Ramadhan yang sedang dilalui terasa berbeda dari sebelumnya. Tulisan kali ini adalah cerita Ramadhan dari rumah kami. 



1. Fatih, pejuang puasa yang tangguh. 
Ramadhan tahun lalu, Fatih sudah kami latih untuk sahur dan puasa. Tidak dipaksa karena usianya waktu itu masih usia anak TK. Jam 12 siang, kami bolehkan dia berbuka. Tahun ini, dia adalah pejuang puasa yang tangguh. Alhamdulillah, sampai hari ini baru 1 kali tak puasa karena sakit. Tarawihnya pun selalu dilakukan dengan semangat di masjid. Masya Allah, tabarakallah.
Hal yang bagi saya juga menakjubkan, Fatih tak terlalu ngotot harus berbuka dengan aneka macam makanan/jajanan luar rumah. Namun, sesekali dia akan bertanya apakah boleh buka dengan ini dan itu. Tapi yang pasti, Ramadhan kali ini, berbuka dengan air putih hangat, kurma dan beberapa macam buah sudah menyenangkan bagi Fatih. Semoga selalu dalam lindungan dan penjagaan Allah, Nak. Fatih sedang belajar banyak hal selain sabar menahan haus dan lapar. ❤



2. Dek Faeyza dan Kalimat-Kalimat Magicnya. 
Faeyza (5,5 tahun) adeknya Bang Fatih. Dia banyak belajar dan termotivasi dari Abangnya dalam banyak hal sejauh kami menilainya sebagai orangtua. Hafalan surah Abangnya pasti dia juga hafal walau pelafalan belum sempurna. Jago buat berbagai macam kreasi dari lego yang seharusnya untuk usia 8 tahun. Kertas-kertas yang ada di rumah selalu jadi bahan kreativitasnya membuat banyak hal. Tentu saja, abangnya adalah temannya melakukan semua hal itu di rumah. Jangan tanya bagaimana saya berusaha berdamai dengan mainan dan kertas yang berserakan di banyak waktu? 😁

Ramadhan kali ini, Faeyza adalah pejuang tarawih yang tangguh. Dia selalu bersemangat ikut tarawih bersama abang dan Abinya. Alhamdulillah, rumah kami sekarang dekat ke Masjid. 


Semakin ke sini, saya sering dibuat takjub dan terkejut dengan kalimat-kalimat yang diucapkan anak saya yang satu ini. Dia memang lebih banyak ngoceh daripada bang Fatih yang sedikit kalem. Suatu ketika, saat dia akan pergi tarawih, kami berdialog. 
Saya: Nak, jangan sering ke kamar mandi sendiri karena kalau ada orang yang jahat bisa bahaya. 

Faeyza: Ummi, semua orang yang mau ke masjid itu orang baik-baik, Mi. 

Saya: *Tertegun sebentar* Eh iya ya. Ok, Pak Ustadz Profesor. Tapi tetap harus hati-hati ya, Nak. Ajak abang atau abi kalau kamar mandi. 

Lain waktu, saya kembali tertegun. 
Faeyza: Ummi pun lihat Hp terus, Faeyza lagi ngomong loh, Mi. 

Saya: oh iya, Nak. Maaf ya, Nak. 

Langsung saya peluk dia dan minta maaf sepenuh hati. 

Lain waktu, begini katanya:
"Maaf ya Ummi gak ada yang jagain Ummi."
Saya: "Kok minta maaf, Nak?"
Faeyza:"Iya, kami kan mau tarawih. Ummi sendirian di rumah." *Auto meleleh saya. 🤩

Banyak lagi sebenarnya kalimat-kalimat magic Faeyza yang sering bikin saya dan suami tertegun dan merenung. Masya Allah tabarakallah. Sehat dan bahagia selalu Dek Faeyza dan Bang Fatih. ❤

3. Menu Takjil Sederhana
Tahun-tahun sebelumnya, untuk takjil kami pasti ada beli makanan atau minuman di luar. Ramadhan kali ini menu takjil kami menurut saya sederhana. Air putih hangat, kurma dan beberapa macam buah yang dipotong-potong sudah sangat nikmat saat berbuka. Semoga jadi jalan juga buat saya dan suami untuk diet sehat. 😁
Yang terpenting sebenarnya adalah kami sedang mengingatkan anak-anak bahwa berbuka puasa tidak perlu mengikuti hawa nafsu. Berbuka seadanya justru lebih menyehatkan. 

Comments

  1. Aduh berat kali saat baca fezya bilang semua orang yang mau ke mesjid itu baik-baik disaat kita banyak melihat kejahatan jaman sekarang gak lihat tempat. Mungkin bisa ditekankan kali ya kak bahwa tidak baik sendirian karena rawan bisikan syaitan :(
    btw aku masih ingat banget sejak kecil kalau ramadhan itu bukaan heboh banget macam-macamnya, mungkin itu buat euforia ramadhannya makin terasa. tapi sekarang dengan kasus palestina justru empati lebih diutamakan daripada nafsu belaka :(

    ReplyDelete
  2. Anak-anak hebat karena mama papanya hebat. 🤗🤗

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Atasi Stres dengan To Do List

Sebagian orang pernah berada di kondisi sedang banyak beban dan tekanan. Jika mahasiswa, biasanya beban atau tekanan itu berupa tugas dari dosen yang lumayan banyak. Jika pekerja, tentu beban seputar pekerjaan. Jika seorang ibu rumah tangga, beban dan tekanan itu berasal dari pekerjaan dan urusan di rumah yang tidak ada habisnya. Nah, bagaimana dengan Anda? Tekanan atau beban apa yang biasanya menghampiri hidup Anda?  Tekanan atau beban yang tidak terkendali ini biasanya akan membuat seseorang stres dan bisa berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Menurut UNICEF, stres  adalah perasaan yang kita rasakan saat berada di bawah tekanan, merasa overwhelmed , atau kepayahan menghadapi suatu kondisi. Stres dalam batas tertentu bisa memberi efek positif dan memotivasi kita untuk meraih suatu tujuan. Namun, stres yang berlebihan, apalagi jika terasa sulit diatasi, dapat berdampak negatif terhadap suasana hati, kesehatan fisik dan mental, dan hubungan kita dengan

Selalu Peringkat 1

My first son , Fatih, kali pertama terima raport sebagai anak SD. Rasanya semua ibu pasti sama deg-degan, bahagia dan harunya menerima laporan hasil belajar dan prestasi anaknya di sekolah seperti saya. Di balik rasa itu ada hasil refleksi diri yang bikin tambah haru: "Ya Allah, rupanya anak kami sudah SD sekarang. Semoga kami Engkau mudahkan menyekolahkan mereka setinggi mungkin di sekolah terbaik." Jadi, Fatih sekarang sekolah di salah satu SDIT dekat rumah. Dari zaman aku masih S1, aku memang udh niat sekali bakal sekolahin anak-anak aku kelak di sekolah ini. Kenapa sampai segitunya? Karena aku lihat para guru di sana terjaga ibadah dan hafalannya. Para gurunya juga punya guru yg membimbing ibadah dan amalan yaumiahnya. Automatically , akhlak dan ibadah anak-anak di sekolah ini juga dikontrol sepenuh hati oleh para ustadzahnya. Gimana gak tertarik coba. Alhamdulillah, niat ini kesampaian bersamaan dengan harapan yang lain.  Dari awal udah tahu sih kalau di sekolah ini gak

Tentang Sebuah Penerimaan Paling Berharga

Sampai hari ini tentu sudah tak terhitung orang yang bertemu dan berinteraksi dengan kita. Begitu juga mungkin dengan orang-orang yang tetap terjalin dan terjaga komunikasinya dengan kita, misalnya sahabat. By the way, konon katanya mereka yang introvert, punya sedikit teman dekat tapi awet dan mereka nyaman dengan itu.  Di antara orang-orang yang "terkoneksi" dengan hidup kita pastilah mereka hadir dengan karakter, sifat, dan sikapnya masing-masing. Pada masanya, kita pun akan punya pandangan dan penilaian khusus tentang mereka dalam banyak hal, termasuk perihal penerimaan mereka atas diri kita. Namun, apapun pandangan orang lain tentang diri kita, yang paling berharga adalah bagaimana kita menilai diri kita sendiri. Bagaimana kita dengan tulus menerima diri kita sendiri. Sebuah penerimaan yang berharga bukanlah dari orang lain, tapi dari diri kita sendiri. Kelak, saat kita berharap pada orang lain, kita tidak terlalu kecewa jika harapan itu tidak tercapai. Nanti