Skip to main content

Selalu Peringkat 1



My first son, Fatih, kali pertama terima raport sebagai anak SD. Rasanya semua ibu pasti sama deg-degan, bahagia dan harunya menerima laporan hasil belajar dan prestasi anaknya di sekolah seperti saya. Di balik rasa itu ada hasil refleksi diri yang bikin tambah haru: "Ya Allah, rupanya anak kami sudah SD sekarang. Semoga kami Engkau mudahkan menyekolahkan mereka setinggi mungkin di sekolah terbaik."


Jadi, Fatih sekarang sekolah di salah satu SDIT dekat rumah. Dari zaman aku masih S1, aku memang udh niat sekali bakal sekolahin anak-anak aku kelak di sekolah ini. Kenapa sampai segitunya? Karena aku lihat para guru di sana terjaga ibadah dan hafalannya. Para gurunya juga punya guru yg membimbing ibadah dan amalan yaumiahnya. Automatically, akhlak dan ibadah anak-anak di sekolah ini juga dikontrol sepenuh hati oleh para ustadzahnya. Gimana gak tertarik coba. Alhamdulillah, niat ini kesampaian bersamaan dengan harapan yang lain. 


Dari awal udah tahu sih kalau di sekolah ini gak pakai sistem rangking. Aku yang dari kecil sekolah di sekolah dengan sistem rangking dan pada masanya pun dapat ranking sempat merasa agak lain saat menerima raport bang Fatih. Dulu soalnya awak selalu "bersaing sehat" dengan kawan-kawan sekelas supaya dapat ranking dan rasanya senang kalau target tercapai.😁


But it's not a problem dan aku mendukung sepenuhnya sistem pembelajaran dan penilaian di sekolah
ini. Nah, jd ceritanya Fatih Alhamdulillah dapat nilai yang membuat Ummi Abinya bangga dan bersyukur. Nilai A utk semua indikator kognitif dan psikimotorik. Di afektif karena memang masih kelas 1 dan perlu pembiasaan, nilainya variatif, ada A dan beberapa B. 


Portofolio pekerjaan Fatih dari mulai masuk sampai UAS diberikan kepada kami. Pencapaian anak di raport ditulis dengan detail dan rinci, termasuk raport perkembangan tahfidz dan tahsinnya. Kami juga bisa melihat lembar jawaban UAS Fatih dan nilainya. Menakjubkan. Perihal tahfidz dan tahsinnya, Fatih termasuk anak yg mencapai target baik per bulan atau di semester 1 ini. Masya Allah tabarakallah, semoga senantiasa menjadi anak sholeh dan berprestasi ya Bang Fatih. 




Aku hanya seorang ibu yang belajar untuk senantiasa menceritakan kebaikan-kebaikan (bukan keburukan) anaknya agar menjadi doa yang melangit, agar semesta turut mengaminkan. Bagaimana pun dunia menilai seorang anak, di hati ibu dan ayahnya, anaknya selalu yang terbaik. Selalu peringkat 1. 

Comments

  1. semacam review sekolah nih, dan kasih pengalaman sekolahin anak di SDIT, beberapa teman juga hampir kebanyakan SDIT ternyata keren ya, melibatkan orang tua juga ikut andil perkembangan anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, biarpun uang sekolahnya katanya lbh mahal dr yg lain, tp insya Allah sepadan dgn fasilitas, kenyamanan dan keunggulannnya.

      Delete
  2. Kurikulum merdeka saat ini juga tidak menggunakan sistem ranking. Walopun ada beberapa sekolah seperti sekolah anakku masih menggunakan ranking juga. Dan kantorku juga memberi beasiswa ke anak karyawan masih berdasarkan ranking. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekolah ini memang udah lama nerapin sistem tanpa ranking krn sekolah menganggap kalau setiap anak itu juara di bidangnya masing².

      Enaknya kalau kantor kasih beasiswa utk anak karyawan ya. ☺

      Delete
  3. Wah, ternyata sama kita ya fit
    First time ambil rapot anak. Rasanya gmna gtu, pdhal pas ambil rapot suasana nya santai2 aja
    Krna kami para ortu d duduk kn bareng, gk ngobrol satu per satu. Tp iqbal jg alhamdulillah bagus belajarnya d skolah
    .bisa mengikuti

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, dewi, ikut senang dengarnya, smg Iqbal makin semangat sekolahnya. 🤗

      Delete
  4. Saat ini sdit adalah salah satu solusi kalau anak gak masuk pesantren, sdit juga bagus bagus sekarang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, SDIT skrg alhamdulillah punya program yg bagus, ilmu umum dan agama seimbang. Tp tetap aja kayaknya nanti anak² di rumah bakal dimasukkan pesantren setelah kelas 6 🤭

      Delete
  5. Mau juara atau tidak anak di sekolah, mereka tetap rangking 1 di hati Ibundanya. Aku jadi penasadan kak, sekolah apa sih ini? Jika memang sekolahnya tidak menerapkan rangking, itu artinya mereka paham betul bahwa tidaklah tepat mengkotak-kotakkan kemampuan anak dengan angka-angka yg sifatnya subjektif bukan objektif lagi..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

It's Not About Shoes

It's not about shoes. It's about tomorrow's journey and the days to come. Which is happier to walk with a map and a well-thought-out plan or to keep walking in the footsteps of the wind and water currents? I chose the former even though the obstacles that came were not just one. Even though my traveling companions would occasionally disagree with me. Even though my plans and dreams are not just about me. In my backpack, in the notes of my heart, there are so many happy hopes and dreams. Happiness for myself, my love, my children, family, and of course my parents. ::: 160322, in a small note ::: 📸 : @fitri_rinai

Atasi Stres dengan To Do List

Sebagian orang pernah berada di kondisi sedang banyak beban dan tekanan. Jika mahasiswa, biasanya beban atau tekanan itu berupa tugas dari dosen yang lumayan banyak. Jika pekerja, tentu beban seputar pekerjaan. Jika seorang ibu rumah tangga, beban dan tekanan itu berasal dari pekerjaan dan urusan di rumah yang tidak ada habisnya. Nah, bagaimana dengan Anda? Tekanan atau beban apa yang biasanya menghampiri hidup Anda?  Tekanan atau beban yang tidak terkendali ini biasanya akan membuat seseorang stres dan bisa berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Menurut UNICEF, stres  adalah perasaan yang kita rasakan saat berada di bawah tekanan, merasa overwhelmed , atau kepayahan menghadapi suatu kondisi. Stres dalam batas tertentu bisa memberi efek positif dan memotivasi kita untuk meraih suatu tujuan. Namun, stres yang berlebihan, apalagi jika terasa sulit diatasi, dapat berdampak negatif terhadap suasana hati, kesehatan fisik dan mental, dan hubungan kita dengan

Kenzo: Rumah Ternyaman untuk Bekerja dan Menghasilkan Cuan!

Oleh: Fitri Amaliyah Batubara Pasca Covid 19, bekerja dan menghasilkan cuan dari rumah masih menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, termasuk di Medan. Content creator, digital marketers, entrepreneur , dan profesi lainnya asyik-asyik saja jika dilakukan dari atau di rumah. Penghasilan yang didapat juga tidak kalah dengan yang work from office . Namun, tidak bisa dipungkiri, bekerja dari rumah tentu menuntut kondisi lingkungan rumah yang nyaman dan tenang.  Sebagai seorang dosen, asesor, entrepreneur, dan juga blogger, saya pribadi sangat mengidam-idamkan rumah nyaman untuk mendukung pekerjaan saya yang terkadang harus work from home . Memiliki rumah dengan konsep yang mendukung kegiatan WFH seperti Kenzo, Givency One by Wiraland rasanya memang menjadi salah satu pilihan terbaik buat saya ataupun Anda. Penasaran dengan konsep yang diusung oleh Wiraland pada tipe rumah Kenzo, Givency One ? Jangan lupa segera siapkan budget Anda unt